## Kathryn Mayorga dan Tuduhan Terhadap Cristiano Ronaldo: Kisah Panjang di Balik Perjanjian Kerahasiaan
Kisah Kathryn Mayorga, seorang wanita Amerika berusia 34 tahun, bukanlah kisah yang mudah dilupakan. Sembilan tahun lalu, pada Juni 2009, hidupnya berubah selamanya setelah pertemuannya dengan Cristiano Ronaldo, salah satu pesepakbola terbaik dunia, di sebuah klub malam Las Vegas. Mayorga, yang saat itu bekerja sebagai model paruh waktu, menuduh Ronaldo melakukan pemerkosaan—tuduhan yang dibantah tegas oleh sang mega bintang. Selama bertahun-tahun, kisah ini terkubur dalam bayang-bayang sebuah perjanjian kerahasiaan dan pembayaran sejumlah uang, namun kini, Mayorga memberanikan diri untuk bersuara. Artikel ini akan mengulas secara detail peristiwa yang terjadi malam itu, serta perjuangan panjang Mayorga untuk mendapatkan keadilan.
**Pertemuan di Rain dan Peristiwa di Penthouse**
Pada 12 Juni 2009, Ronaldo tengah berlibur di Las Vegas bersama saudara ipar dan sepupunya. Mayorga, yang bertugas menarik pengunjung ke bar dengan pesona dan kecantikan, bertemu Ronaldo di area VIP klub malam Rain, milik Palms Casino Resort. Foto-foto paparazzi menunjukkan keduanya berbincang akrab. Setelahnya, pesta berlanjut ke penthouse Ronaldo di Hotel Palms Place. Hanya Mayorga dan Ronaldo yang mengetahui apa yang terjadi di kamar tidur penthouse mewah tersebut.
**Perjanjian Kerahasiaan dan Pembayaran $375.000**
Beberapa bulan kemudian, Ronaldo membayar Mayorga $375.000 sebagai bagian dari penyelesaian di luar pengadilan. Sebagai imbalannya, Mayorga menandatangani perjanjian kerahasiaan yang melarangnya untuk berbicara tentang tuduhan pemerkosaan terhadap Ronaldo. Mayorga mengaku menandatangani perjanjian tersebut karena rasa takut akan keselamatan dirinya dan keluarganya, serta karena merasa tidak berdaya melawan pengaruh dan kekuasaan Ronaldo. Ia berharap dapat menutup lembaran kelam tersebut, namun trauma yang dialaminya tetap membekas.
**Kebocoran Dokumen dan Pernyataan Ronaldo**
Pada musim semi 2017, majalah berita Jerman, DER SPIEGEL, pertama kali melaporkan tentang perjanjian kerahasiaan ini, berkat bocoran dokumen dari platform Football Leaks. Mayorga, yang saat itu diidentifikasi dengan nama samaran, menolak berkomentar. Agensi Ronaldo, Gestifute, menyebut laporan tersebut sebagai “fiksi jurnalistik” dan menyatakan dokumen-dokumen yang digunakan DER SPIEGEL tidak ditandatangani dan pihak-pihak yang terlibat tidak teridentifikasi. Namun, DER SPIEGEL memiliki bukti berupa dokumen-dokumen lain yang ditandatangani Ronaldo sendiri, yang membantah klaim Gestifute.
**Mengapa Mayorga Berbicara?**
Setelah bertahun-tahun bungkam, Mayorga memutuskan untuk berbicara. Ada tiga alasan utama: pertama, ia memiliki pengacara baru yang berpengalaman dan gigih, Leslie Mark Stovall, yang percaya bahwa perjanjian kerahasiaan tersebut tidak mengikat secara hukum dan telah mengajukan gugatan perdata atas nama Mayorga. Gugatan tersebut didukung oleh dokumen setebal 27 halaman yang berisi pengakuan Ronaldo sendiri, termasuk kalimat: “Dia mengatakan tidak dan berhenti beberapa kali.”
Kedua, perubahan iklim sosial terkait isu pelecehan seksual. Gerakan #MeToo telah memberikan keberanian bagi banyak korban untuk bersuara, termasuk Mayorga. Ia merasa terdorong oleh kisah-kisah perempuan lain yang berani melawan pelaku pelecehan seksual yang berpengaruh.
Ketiga, ia ingin mengetahui apakah ada korban lain yang mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh Ronaldo.
**Kesaksian Mayorga dan Detail Peristiwa Malam Itu**
Dalam wawancara emosional bersama DER SPIEGEL, Mayorga menceritakan detail peristiwa malam tersebut. Ia menggambarkan bagaimana Ronaldo memaksanya untuk melakukan hubungan seksual meskipun Mayorga berulang kali mengatakan “tidak.” Mayorga menyebutkan bahwa Ronaldo melakukan penetrasi anal tanpa kondom dan tanpa pelumas, dan bahwa ia mengalami trauma berat setelah kejadian tersebut.
**Reaksi Polisi dan Perjanjian Penyelesaian**
Mayorga melaporkan kejadian tersebut ke polisi, namun ia ragu untuk menyebutkan nama Ronaldo karena takut akan konsekuensinya. Laporan polisi mencatat tuduhan pelecehan seksual dan Mayorga menjalani pemeriksaan medis untuk mengumpulkan bukti. Namun, atas saran pengacaranya yang pertama, Mayorga memilih untuk menyelesaikan kasus ini di luar pengadilan. Proses mediasi yang menegangkan terjadi, dengan Mayorga mengalami tekanan emosional yang luar biasa, dan akhirnya ia menerima pembayaran $375.000 dengan imbalan perjanjian kerahasiaan.
**Analisis Hukum dan Gugatan Baru**
Pengacara baru Mayorga, Stovall, berpendapat bahwa perjanjian kerahasiaan tersebut tidak sah karena Mayorga tidak dalam kondisi mental yang tepat untuk menandatanganinya saat itu. Stovall juga menuding tim hukum Ronaldo melakukan konspirasi untuk menutup-nutupi kasus ini. Ia bahkan mengancam akan menuntut tim hukum Ronaldo atas tindakan mereka.
**Masa Depan Kasus:**
Kasus ini masih berlanjut, dengan potensi konsekuensi hukum yang serius bagi Ronaldo dan tim hukumnya. Penting untuk diingat bahwa ini adalah tuduhan yang sedang diselidiki, dan Cristiano Ronaldo belum terbukti bersalah. Namun, kisah Kathryn Mayorga menjadi contoh penting tentang pentingnya mendengarkan korban pelecehan seksual dan pentingnya pertanggungjawaban bagi pelaku, terlepas dari kekuasaan dan pengaruh mereka. Kasus ini juga membuka diskusi yang lebih luas mengenai perjanjian kerahasiaan dalam kasus pelecehan seksual, serta efek jangka panjang dari trauma pelecehan tersebut pada korban. Kita menunggu perkembangan selanjutnya dari kasus ini dengan penuh perhatian.
**Kata kunci SEO:** Kathryn Mayorga, Cristiano Ronaldo, pemerkosaan, pelecehan seksual, #MeToo, perjanjian kerahasiaan, Football Leaks, DER SPIEGEL, gugatan perdata, Las Vegas, keadilan, trauma, penyelesaian di luar pengadilan.